“Ini kesempatan terakhir” pikirku. Aku berpikir bahwa ini adalah kesempatan terakhir yang bisa diambil agar kami tak kehilangan kontak dengan Edi, salah satu sahabat dan teman satu kos kami. Bagaimana tidak? Edi yang memiliki karakter khas orang Solo yang pendiam, kalem dan pemalu tingkat akut tidak pernah mau memberikan alamat rumahnya.
Sejak dia masih mahasiswa baru tahun 2009 hingga lulus dan pulang kampung tahun ini, aku tak pernah berhasil mengunjungi rumahnya padahal sebenarnya dekat dari sini. Jika ditanya langsung saja dia tak menjawab dan hanya tersenyum kalem misterius, apalagi kalau hanya disms atau ditelpon. Tak bakalan dibalas atau diangkat jika memang bukan hal yang dia anggab penting dan urgent bagi kepentingan bersama. Ajaib kan?